Puisi (Ramadhan)

Semut Hitam

Dalam kenduri ini.
Kegelapan datang tiba-tiba.
Dalam gelap, do'a kupanjatkan.
Dalam do'a ku meratap.

MataMu, kini tengah kesakitan.
Ya Rabb, Tuhan semesta alam, jika jiwaku dalam genggamanMu.
Tolong.
Jauhkan hamba, pendusta bumi.
Menjadikan gunung tetap tegak.
Langit cerah.
Bak Sahara.

Rasulullah kucinta,
Hutan rimba merana.
Arktik tak lagi cantik.
Benua berubah kecil.

Kesayupan.
Deru ombak laut.
Air tawar, Penawar.

Di kenduri ini.
Walau kusendiri.
Biarlah.
Namun, ku ingin larut dalam dekapan.
Dekapan bidadari bermata jeli.

Tak ada kata menyapa.
Karena segalanya adalah milikNya.
Tolong jangan hinakan semut hitam terlantar.

Cimahi, 17 Juli 2011

Cinta PadaNya

Mentari sayup-sayup menyapa,
melantunkan tasbih Ibrahim,
mendendangkan do'a Lukman pada anaknya.
Suara alam menggema di seantero jagad penuh pesona.

PesonaMu menidurkan mimpi-mimpi indah.

Sya'ban ini.
Ramadhan.
Syawal.
Berjuta makna kurasa.

Ya Rasul...
Kerinduan ini melantunkan kisah peradaban.
Peradaban Fir'aun sombong,
dikekang kemurungan zaman.

Cimahi, Sya'ban 1432. 09.25 A.M

Kerinduanku

Detak jantung ini.
Langkah.
Gerak.

Dalam ruang kosong.
Hati berusaha bersayap putih.

Keyakinan, datanglah!
Aku yakin Nashrullah pasti datang.
Ya Rasulullah, Muhammad bin Abdullah.

Kerinduanku.
Akankah wajah ini ceria melihat cahayamu?
Bersenandung ria di hadapan Alloh Rabbul Izzati?

Cimahi, 19 Juli 2011
Beloved's Love

I believe I can be
Everything I can be
Everywhere You must be
Every breath we take
Oh, Alloh, please, don't make me be awake.
I know, we know, All of the universe know
You..
The God, the One and only.
so, please let us be.
Your beloved's love be.

Cimahi, July 20th 2011

Hawa Nafsu

Rasa.
Persepsi.
di plana kesendirian.

Rajah keagungan terus,
terus,
terus,
menohok hati.
Badan ini tertawa menangis.

Tangan,
Kaki,
Mata,
Amanah di pertanggungjawabkan.

Annaziat.

Rabby, hidupkan kami dalam abadi.

Rasulullah, Rindu kami menjerit.

Cimahi, 22 Juli 2011

Bersama

Annisa,
Al Mujadallah,
Al Mumtahanah,
Rajah cinta.

Al Imran,
Ibrahim,
Yunus,
Lukman,
Yusuf,
Muhammad,
Rasul mulia.


Bersama,
Sahabat,
Asabiqunal awalun,
Abu bakar,
Umar,
Usman,
Ali.

Kami bersama,
merindukan keabadian.

Cimahi, 22 Juli 2011

Al Hasyr

Dalam merindukan Engkau.
Wahai kekasih hati,
Rasulullah mulia pujaan setiap insan berarti.
Sang Pujangga cinta.
Aku, Saudaraku tengah mengharap hadir Engkau.

Terngiang di keramaian,
Bani Nadhir, Sang pelaknat Zaman.
Rabb, tegakanlah kaki dengan
iman.

Al Hasyr, Pemberi peringatan.
Tentang esok hari.
Surgawi meruah,
Bidadari-bidadari berpipi merah.

Ah, Syahdu kami, para Perindu.
Engkau, Muhammad bin Abdullah.
kekasih sepanjang usia alam.

Cimahi, 23 Juli 2011

Umar Alkhatab

Tangisan Engkau merakyat,
Senyuman Engkau, menjelata,
Wahai amiril mukminin, sang Singa.

Alfaruk Penakluk Sahara.
Bahagia kami rasa.
Kala Khalifah berjaya ke Kordova,
Ketika Rasul wafat umat selamat
dan, tatkala zakat sekarat.

Wahai Umar Alkhatab
kekasih bidadari bersayap.

Ya Ghafur, tinggalkanlah
hamba dalam kekufuran.
Sambutlah hamba di Haribaan.

Ampunilah hamba,
buncahan ini tak tertahan,
kehendak bertemu Umar, sang kekasih setiap Insan.

Cimahi, Juli 2011

Pagi Cinta

Di Keheningan malam pagi bercerita
cintanya kini merana di hantui gundah gulana.
kereta kencana hendak menjemput
sang kumbang jalan kesakitan.

Tuhan, dalam cahayaMu ku meminta
Tolong, jangan siksa hamba dengan kerinduan.
bertemu Rabb sekalian Alam

Cianjur, 19 Ramadhan 1432 

Permata Hati

Senja keemasan bercerita.
Rasul-rasul bersabda;
Assalamualikum ya Akhi ya Ukhti
Salam ya salam.

Saudaraku
Saudaraku
Umati
Umati

Oh, sang permata hati
Rasulullah Muhammad bin Abdullah
Putra Aminah sang bidadari mekah
Patutkah saya bersimpuh dipermata Hati Engakau?
Bercengkrama bersama Mus'ab bin Umair.
Bersenda dengan Usaman,
Umar,
Abu Bakar, Assabiqunal Awalun.

Wahai permata hati,
di senja ini,
Do'a kepayahan kupanjatkan.
Ramdhan menggoda.
Pertemukan kita dalam dekapan Rasul mulya.

Cianjur, 23 Agustus 2011


Cianjur Berduka

Kami hendak bercerita:
Di suatu senja seekor lalat terseret di ruang rindu. Menelusuri lorong. lorong hari penuh cahaya. Namun, darita mendera.
Dalam indah kuning bunga seroja, Abdullah bin Nuh menatap senja. Menyuai ratapan lalat merana.


Oh, Rasul Mulia, ya Mustafa.
Di senja ini lalat ingin sekali bersua. Hanya sekali.

Sujud di ujung senja dalam surat Wal 'asri,
Berdiri di gelisah hati dalam Ahad.

Betapa pun Bilal, sang Muadzin Mulia melantunkan syahdu ruang rindu, lalat terkapar di senja kuning seroja.

Rabbana Latizigqulubana ba'da hadaitana wahablana miladung karrohmah.

Cianjur, 23 Agustus 2011



Comments

Popular posts from this blog

Memaafkan Diri Sendiri

Merdeka Belajar Meski Covid-19 Mengakar

Puisi Buat Teteh