Merdeka Belajar Meski Covid-19 Mengakar
Masih ingat sekali. Tahun 2004 menjadi tahun pertama aku mengenal ada teknologi video call dengan teknologi VoIP. Waktu itu, aku masih kelas 3 SMP. Dari majalah bekas yang sudah lecet cover dan bagian dalamnya, aku tahu kalau kita bisa berbicara langsung dengan orang di luar sana. Biayanya sangat mahal. Aku hanya cukup tahu saja. Hanya bisa menikmatinya dalam bentuk tulisan di majalah lusuh itu.
“Aku mau punya alat itu atau paling tidak di masa depan aku
ingin sekali kerja di luar negeri dan berkabar dengan orang rumah dengan melakukan
video call,” penyakit melamunku datang.
Teknologi terus berkembang, terutama teknologi informasi.
Ketika aku mengenal yahoo messager di bangku SMK, aku tidak mau ketinggalan. Dengan
modal uang lima ribu, aku ke warnet segera daftar yahoo messager. Memasuki
bangku kuliah, aku mulai berkenalan dengan Skype. Aku juga tidak mau
ketinggalan, ketika ada kesempatan aku langsung membuat akun Skype. Namun,
untuk bisa berskype ria atau ber-yahoo massager ria, aku harus ke warnet yang
ada fasilitas web cam.
Sungguh, masih terasa sangat mahal. Bagi seorang anak petani
yang nekat kuliah, makan sesuap nasi dan tugas kampus jauh lebih utama
ketimbang hanya memenuhi rasa penasaran menikmati Skype atau Yahoo Messager. Jiwa
entrepreneurku masih belum ada. Aku mengabaikan peluang, yang mungkin, pada
saat itu bisa aku manfaatkan dengan mengajarkan orang menggunakan Skype atau Yahoo
Messager.
Waktu terus berjalan. Teknologi video call semakin murah.
Kemunculan smartphone dengan sistem operasi Android menjadi pendobrak. Tahun
2010 sampai 2015, berbagai aplikasi video call bermunculan dan telepon pintar
dilengkapi kamera depan terus mengalami penyempurnaan. Namun tetap, bagi orang-orang
di sekaliling ku video call masih terlalu canggih dan mahal untuk digunakan.
Walaupun hampir semua orang sudah memiliki telepon pintar lengkap dengan kamera
depan. Mereka lebih senang menggunakan kamera depan untuk berswafoto. Aku
sendiri hanya mampu membeli telepon pintar Android entry-level dilengkapi kamera
depan di 2012.
Internet makin murah dan indeks digital literasi di Indonesia
terus membaik, terutama saat pandemic covid-19 datang. Survei Literasi Digital
Nasional 2020 juga menunjukkan indeks literasi digital di seluruh provinsi di
Indonesia sudah berada di atas rata-rata level sedang. Subindeks 1 Informasi
dan Literasi Data sebesar 3,17; Subindeks 2 Komunikasi dan Kolaborasi sebesar
3,38; Subindeks 3 Keamanan sebesar 3,66; subindeks 4 Kemampuan Teknologi
sebesar 3,66.
dokumen pribadi |
Semua orang dipaksa untuk bisa berkomunikasi secara daring,
termasuk proses belajar dan bekerja. Platform-platform video conference makin
dikenal. Ada zoom dan google meet yang paling banyak dipakai. Microsoft tidak
ketinggalan meluncurkan fitur meeting dalam Skype.
Webinar menjamur, kursus online makin dikenal, dan platform belajar online makin banyak digunakan. Covid-19 mungkin membatasi ruang gerak, namun tidak membatasi manusia untuk terus belajar dan berkarya.
Kita masih merdeka
belajar secara daring. Kita masih merdeka belajar meski covid-19 mengakar. Proses belajar mengajar di sekolah dan perguruan tinggi
masih bisa berlangsung. Ada yang menggunakan metode belajar langsung dengan
zoom, google meet, atau platform khusus yang dikembangkan sendiri bagi perguruan
tinggi. Para murid bisa mengikuti pelajaran dimana saja, asal ada perangkat berupa telepon pintar atau personal computer dengan koneksi internet.
Ada juga platform video conference atau video meeting yang
lain seperti:
1. Awor, Aplikasi buatan anak negeri yang memberikan akses gratis
90 menit pertama.
2. Cisco WebEx.
3. BlueJeans, aplikasi gratis dengan jumlah waktu yang tidak
terbatas dengan batas 50 partisipan tiap meeting.
4. BigBlueButton, aplikasi video meeting atau video conference
yang dibuat khsusus untuk Pendidikan. Aplikasi ini dilengakapi dengan fitur
papan tulis.
Proses belajar mengajar secara dari juga ada yang menggunakan
metode massive online open course (mooc), yakni pengajar memberikan bahan untuk
dipelajari dan bahan ujian untuk dikerjakan muridnya. Proses belajar mengajar tidak
dilakukan secara langsung, tapi dilakukan secara mandiri oleh murid.
Internet membuat dunia tanpa batas. Informasi menjadi tanpa
sekat. Kita bisa belajar apa saja melalui internet. Dan Sebagian besar gratis,
bahkan beberapa platform kursus online bisa diakses secara gratis. Sebagai
contoh edx.org. Di sana kita bisa belajar berbagai bidang ilmu dari berbagai
kampus dunia secara gratis. Selain edx.org, beberapa platform untuk kursus
online, di antaranya udemy, coursera, futurelearn, alison, dan linkedin, media
sosial professional yang juga menyediakan kursus keahlian di dunia kerja.
Banyak bahan bacaan dan video di youtube yang bisa dipelajari
secara gratis. Dari mulai pelajaran sekolah sampai kuliah, berbagai keahlian
vokasi, pengembangan diri, penyembuhan diri hingga life hack ada di internet. #LombaBlogUnpar
tentang #BlogUnparBelajarDaring ini juga merupakan bagian dari merdeka belajar
Kita bisa mendapatkan edukasi seputar covid-19 secara daring.
Pemerintah dan semua stake holder dengan mudah bisa menyebarkan kampanye sadar
covid-19 dan petunjuk protokol kesehatan. Masyarakat bisa dengan gampang mengaksesnya.
Ketika pemerintah menggulirkan program vaksin, masyarakat bisa dengan cepat mendapatkan
informasi dan edukasi terbaru melalui media sosial dan aplikasi covid-19. Bukankah
edukasi seputar covid-19 dan penanggulannya juga merupakan proses belajar?
Pandemic covid-19 akan segera berkahir. Pada September 2021,
Chief Executive Officer (CEO) Moderna Stephane Bancel memperkirakan pandemi
virus corona bisa selesai dalam waktu setahun ke depan. CEO Pfizer Albert
Bourla juga mengatakan bahwa ia meyakini kehidupan normal akan kembali pada
tahun depan, meskipun ada kemungkinan varian baru virus corona masih tetap
bermunculan.
Di Indonesia, kehidupan sudah mulai membaik. Hingga September
2021 tercatat jumlah masyarakat yang sudah divaksinasi dosis kedua sebanyak 41.534.340
orang atau 19,94 persen dari total target sasaran vaksinasi. Sementara itu,
jumlah masyarakat yang sudah disuntik vaksin Covid-19 dosis pertama yakni
72.248.720 orang atau 34,69 persen. Angka ini terus meningkat menuju sasaran
vaksinasi untuk mencapai kekebalan komunitas (herd immunity) yaitu 208.265.720
orang.
Kemerdekan belajar akan semakin sempurna, jika pembelajaran dikombinasikan antara daring dan luring. Interaksi sosial dan praktikum bersama secara langsung akan menyempurnakan ilmu yang sudah didapatkan secara daring.[]
Comments
Post a Comment