Puisi Buat Teteh

freepik.com

Surat Permintaan Maaf
                      untuk Teh Imas

Hasan Sadikin gelisah
memandangmu ringkih digerogoti resah
"Kapan Tuhan mengambilku?" rintihmu
Rumah singgah itu kembali menangis
Kau sendiri
Kankermu berdiri
Waktumu terhenti

Di lorong detik paling liris
Doa-doa kaubaris
"Tuhan, aku rida...aku ikhlas..."
Hari yang kaurasa bahagia datang
Kau pergi dengan rasa sakit menggenang
Namun kau tersenyum tenang
Teh Imas telah pergi, bersama hari yang lelah itu, terbang

Aku minta maaf, Teh
Detik telah membuatku tak mampu berkutik
Nafas terlalu berat untuk melangkah lepas
Tangan terikat kebutuhan
Aku biarkan kau berjuang sendiri melawan Izrail saban hari
Aku bergeming kala kau sesap setiap perih paling lebih

Maafkan aku, Teh
Aku berada di entah ketika kau meringis dalam pasrah

Bandung, 4 Ferbruari 2020


Tomat Jatuh

Cilaku tersenyum memandangmu, Pak
Mamak Kubang tertawa melihat gopohmu
"Ini, Jang Kasep," ucapmu
Malu-malu kusambut keresek hitam di tanganmu
Aku malu pada pohon jambu
Aku malu pada burung kutilang di pohon randu
Aku malu pada tawa teman sekelasku

Tomat-tomat itu malah tergelak melihatku tersipu
Mereka berjatuhan dari tanganmu, Pak
Kau sematkan mimpi-mimpu di dalamnya
Kau ikatkan setiap doamu di setiap bijinya
Kau hembuskan semangatmu melalui tomat jatu itu

Bandung, 4 Februari 2020


Tertawa di Depan TV

Cerah. Tenang. Kita tertawa riang.
Emak dan Bapak saling berpandang senang.
Kita tertawa di depan TV.
Menikmati rumah kita yang sempit.
Menyesap udara sesak karena beras terus saja naik harganya.
Kita tertawa di depan TV.
Merasakan indahnya dunia tanpa sandiwara.

Bandung, 4 Februari 2020




Comments

Popular posts from this blog

Memaafkan Diri Sendiri

Merdeka Belajar Meski Covid-19 Mengakar