Ayat-Ayat Cinta : Tak Lekang oleh Waktu

Sebuah Novel pembangun jiwa. Begitu yang tertulis di cover novel kang Abik, panggilan akrab Habbiburahman El-Shirazy. Kali kedua membaca novel ini, dengan rasa yang berbeda, namun, tetap memberikan efek yang sama; ghirah untuk menjadi muslim yang kaffah.
Sumber : renireretwin.blogspot.com

Novel yang sudah memasuki cetakan puluhan kali ini bercerita tentang seorang muslim sholeh bernama Fahri, mahasiswa S.2 Al Azhar. Dengan segala kesholehannya, dia menjadi role model seorang muslim di zaman modern yang senantiasa berusaha meneladani Rasulullah SAW.
Bekerja sebagai penerjemah, menjadi khatib jumat, dan aktif di pelbagai organisasi keislaman mejadikan Fahri senantiasa dekat dengan Alloh Swt. Selain menjadi mahasiswa, dia juga menjadi murid seorang ulama qira'ah, Syaikh Ustman, yang merupakan ulama besar seantero Mesir.
Bertetangga dengan keluarga Koptik nyatanya membuat Fahri beserta semua roomate-nya, sesama mahasiswa Indonesia, sangat menjunjung toleransi. Hal itu mengantarkan mereka begitu akrab dengan keluarga Koptik ini. Sikap yang ditunjukan Fahri menarik perhatian Maria, anak tertua dari keluarga ini.
Maria adalah seorang Kristen Koptik yang taat dan sangat menghargai Islam. Dia hafal dengan baik surat Maryam dan sangat menjunjung tinggi nilai keagungan Alqur'an. Hal itu diketahui ketika dia dan Fahri berkesempatan duduk bersisian dalam satu Metro. Kala itu, Maria membacakan surat Maryam sampai selesai.
Di sebuah trem ketika hendak menuju Shabra, tempat  talqqi dengan Syaikh Ustman, Fahri bertemu dengan Aisyah, seorang muslimah Turki-Jerman. Pertemuan yang diawali dengan sebuah kesan yang mendalam. Terjadi perdebatan tentang memperlakukan zimmy, tamu non-muslin yang ada di wilayah muslim.
Awalnya, Aisyah dimaki oleh orang Mesir karena mempersilakan seorang nenek Amerika duduk di tempat duduknya karena kebencian orang mesir terhadap Amerika. Melihat hal itu, Fahri angkat bicara. Terjadilah perdebatan. Fahri berhasil memberikan dalil-dalil bagaimana seharusnya seorang muslim menjamin keselamatan kepada zimmy yang sudah membayar jizyah.
Dari pertemuan itu, cucu Amerika yang ikut bersama neneknya, tertarik untuk berdiskusi tentang Islam khususnya tentang wanita dan keluarga.  Mereka  melakukan janji temu untuk mengupasnya.
Fahri berusaha memberikan jawaban yang memuaskan. Dia memberikan jawaban dengan menuliskannya secara rinci dan menerjemahkan sebuah buku. Akhirnya, tulisannya itu dijadikan sebuah buku. Dan menjadikan cucu Amerika itu masuk Islam
 Selain keluarga Koptik, Fahri juga bertetangga dengan keluarga muslim Mesir yang tidak menjalankan keislamannya dengan baik. Adalah keluarga Bahadur yang memperlakukan Noura, salah satu anak Bahadur, dengan kasar. Klimaksnya, Noura dipaksa untuk menjual diri. Sebagai muslimah, Noura menolak. Noura diusir
Melihat hal itu, Fahri yang baru saja merayakan keberhasilannya setelah mengajukan judul untuk Tesisnya, tidak bisa tinggal diam. Dia meminta tolong kepada Maria untuk menolong Noura yang sedang berputus asa sambil mendekap tiang lampu di luar. Maria menceritakan bahwa yang menolong sesungguhnya adalah Fahri. Noura menaruh hati kepada Fahri.
Karena aktivitasnya yang padat, Fahri harus masuk Rumah Sakit. Dia terkena heat stroke dan radang selaput otak. Penyakit itu membuatnya koma. Dalam komanya, dia bertemu dengan Ibnu Mas'ud.
Setelah beberapa minggu, akhirnya Fahri diizinkan pulang. Kepulangannya meninggalkan biaya yang tidak sedikit. Ada biaya Rumah Sakit yang harus dipenuhinya. Ketika akan membayar, ternyata sudah ada yang membayari. Tidak diketahui siapa.
Fahri memasuki usia yang dia targetkan untuk menikah. Atas kebesaran Alloh, dia pun ditawari oleh Syaikh Ahmad, kenalannya, seorang imam muda, seorang calon istri sholehah. Fahri dengan segala pertimbangan mengiyakan tawaran itu. Dan ternyata, calonnya itu adalah Aisyah. Mereka pun menikah dan diberikan kebahagiaan.
Sementara itu, Maria jatuh sakit. Dia  tak bisa menerima Fahri menjadi milik orang lain. Selain Maria, Nurul, seorang mahasiswi juga harus patah hati karena sudah lama menaruh hati kepada Fahri. Dan Noura melakukan hal yang membuat kebahagiaan Fahri bersama Aisyah harus berakhir.
Fahri ditangkap atas tuduhan pemerkosaan kepada Noura. Siksaan penjara mejadi pengganti kebahagiaannya. Aisyah nyaris diperkosa oleh polisi yang biadab. Gelar Fahri dicabut oleh pihak Al Azhar. Namun, penjara mempertemukannya dengan saudara baru sesama muslim.
Fahri meminta untuk diadili di pengadilan. Semua saksi memberatkan keputusan bahwa Fahri bersalah. Tapi, masih ada satu harapan untuk membuktikan bahwa Fahri tidak bersalah. Itu adalah kesaksian Maria. Namun, kondisinya begitu buruk. Hanya sentuhan Fahri yang dapat menyadarkannya.
Dalam keadaan darurat, Fahri menikahi Maria atas persetujuan Aisyah. Maria dengan keadaan lemah memberikan kesaksian yang akhirnya membebaskan Fahri dari segala tuduhan. Namun, setelah memberikan kesaksian Maria harus mengalami koma lagi. Dia dilarikan ke Rumah Sakit.
Akhirnya Noura mengakui segala yang terjadi sebenarnya. Dia sesungguhnya dinodai oleh Bahadur sesaat sebelum diusir. Karena ingin menjaga nama baik orang tua kandungnya dan kecintaan kepada Fahri, dia berharap atas tuduhan itu Fahri bersedia menjadi suaminya.
Dalam komanya, Maria bermimpi ditolak masuk surga. Dia bertemu dengan Maryam. Dia berusaha membuka pintu surga dengan membaca surat Maryam dan surat Thaha. Namun, usahanya gagal. Dia diminta untuk mengakui tiada Tuhan Selain Alloh dan Muhammad adalah RasulNya. Dia tersadar dalam keadaan menangis.
Maria meminta untuk berwudlu dan membaca dua syahadat. Aisyah membantunya berwudlu. Fahri menjadi saksinya membaca syahadat. Setelah semua itu, Maria menghembuskan nafas terkahir. Dia wafat dalam keadaan menjadi muslimah.
Begitulah, sekilas isi cerita novel yang menjadi best-seller ini. Dengan bahasa yang indah, kang Abik berhasil menghanyutkan pembaca ke negeri Kinanah. Melarutkan pembaca dalam alur cerita. Dan juga menyelipkan Hadist dan Alqur'an tanpa rasa menggurui pembaca. It's a great novel![]



Comments

Popular posts from this blog

Memaafkan Diri Sendiri

Merdeka Belajar Meski Covid-19 Mengakar

Puisi Buat Teteh