Puisi Januari

freepik.com


Bersama Angin

Bersama angin kusampaikan gelisah ini:
Tuhan yang marah
Nabi yang gerah
Orangtua yang kesakitan
Angka yang memamah
Cinta yang entah
Persahabatan yang kian patah

Bersama desau angin kuterbangkan resah ini:
Masa lalu yang membatu
Masa depan yang ditampar kelu
Cita yang terhapus waktu
Belahan jiwa yang bergeming tanpa restu
Sayap patah yang sulit menyatu
Peka yang kian tersapu

Gegerkalong yang sibuk terlihat sunyi
Ia menangis di antara tuts-tuts papan ketik yang meradang
Tangisan berbalut tawa menggema
Mojang dan jajaka yang berdarah-darah agar bisa mempesona

Angin membawa semua lukanya
Angin memudarkan setiap sedihnya
Angin melenyapkan jejak-jejak nistanya


Aku menari bersama angin
Berbalut gelisah dan resah itu
Perlahan telanjang oleh doa-doa
Berganti selendang dari sujud dan air mata
Berusaha menghapus air mata jalan yang sunyi


Cinta Tanpa Restu

Aku diam. Dia diam.
Manusia marah. Tuhan geram.
Cinta karam. Aku dan dia menelan malam.


Istigfar yang Lelah

Seribu
Sepuluh ribu
Sejuta
Ia tampak lelah menyimpan dosa-dosa para durjana
Istigfar yang saban waktu dilafalkan
Namun miskin penghayatan
Peluhnya mengucur di antara gelak tawa berbau alkohol
Air matanya menganak sungai mencium lendir setiap malam
Istigfar yang lelah menyelimuti setiap kemunafikan

Berapa lagi istigfar yang menjadikan manusia sebagai manusia?


Bandung, 22 Januari 2020





Comments

Popular posts from this blog

Memaafkan Diri Sendiri

Merdeka Belajar Meski Covid-19 Mengakar

Puisi Buat Teteh