Antologi Puisi : My Poet ; Pejuang Pena


Bangkitlah sang Mujahid


Terik tirani luluhkan asa,

Jeritan hidup tenggelamkan jiwa,

Wahai sang mujahid,

Naungan mega akan datang,

Oase istiqomah padamkan teriknya.


Langkah terhenti, rayu setan menghampiri

Indah, begitu indah dalam buai

Terlena.

Bangkitlah sang mujahid

Tancapkan citamu menjulang ke langit

Mengakar dalam hati

Ini hanya satu persen dari sejuta persen nikmat firdausNya.

Rindukanlah…


Wahai sang mujahid

Derap langkahmu,

Gerak tanganmu,

Suara,

Hidup,

Matimu,

Adalah perjuangan.

Mardlotilah puncak kemenangan,

Mati syahid jadi idaman.

Pejuang Pena
Semilir angin luluhkan rasa,
Lembaran dunia mengaburkan mata.
Namun, para pejuang pena tak tergoda.
Penanya terus mengayun,
terus berlaga di antara hitam putih manusia.
Wahai, pejuang pena
Kau mampu merobek-robek tubuh perkasa kaisar romawi.
Kau mampu mencabik-cabik kebodohan massa.
Dengan pena kau berjihad
Menata harapan para belia
Memompa para pemuda
Menusuk para penghianat nurani.


Cita dan Asa
Insan begitu melankolis
Hati temaram diterpa asa terkoyak
Meniti sebuah lantunan masa demi masa
Haru biru, terjerat gelap
Suasana sendu beradu
Kecewa menanah, sesal meradang
Untaian detik telah tersiakan
Gemerincik cita membuncah
Namun, tangisan peluh membantah
Ach, air harus terus mengalir
Desauan angin harus tetap melantunkan ritmiknya
Harus terukir asa di atas mayapada cita
Ya, batu karang harus berdiri tegar
Walau dicumbui rayuan ombak menggoda
Diterjang badai menyiksa
Rabb, tegarkan nurani merangkai asa
Terbang bebas meretas cakrawala
Cianjur, 2008

Comments

Popular posts from this blog

Memaafkan Diri Sendiri

Merdeka Belajar Meski Covid-19 Mengakar

Puisi Buat Teteh